Sempat merasa hari yang akan ku jalani pasca meninggalkan pondok pesantren tidaklah sesulit hari ketika ku berada didalamnya. Kala itu profesiku berubah dari seorang santri yang punya super padat kegiatan menjadi alumni dengan pengangguran tingkat akut. Keseharianku hanyalah menonton televisi sesekali keluar mencari pemandangan dan menghirup udara di pagi dan sore hari. Setelah benar-benar penat menjalani keseharian yang seperti itu, akhirnya kembali ku buka sebuah buku. Buku yang ku namakan buku harapan. Didalamnya banyak tertulis harapan dan anganku untuk setahun, 5 tahun, bahkan 20 tahun kedepan. Dan seketika ku sadar bahwa semua citaku bukanlah bualan semata. Sempat ku melingkari satu cita-citaku, yaitu masuk ITS. Dan perjuangan dengan seluruh tenanga dan pengorbanan akhirnya lakukan.

Kegagalan tahap awal masuk ITS tidak membuatku putus asa. Tetap ku mencoba jalur yang tersisa. Walaupun pada akhirnya membayar mahal. Dan seketika kala itu aku diterima di jurusan Fisika FMIPA ITS. Suatu hal yang pantas ku banggakan karena tidak semua bisa masuk ITS dengan mudah. Setelah berita itu ku dapat. Aku langsung menuju pondok untuk meminta surat-surat yang sekiranya ku butuhkan. Sambil menceritakan kepada ustadz Miftah. Dengan bangga beliau menepuk pundakku dan berkata, "Apa yang dikeluarkan orang tuamu sebusa mungkin harus kamu kembalikan". Kalimat itu yang jadi awal motivasiku untuk terus berusaha mengembalikan apa yang sudah orang tuaku berikan. Walaupun tidak mungkin semua hal yang mereka beri bisa ku kembalikan.

Dan ketika berita itu diketahui seluruh Ustadz dan ustadzah, semua mulai menyelamatiku satu per satu. Banyak yang tak mengira bahwa seorang Aziz Nugroho bisa mencapai citanya yang sebelumnya hanya dianggap bualan semata. Segala pesan datang bertubi-tubi. Entah apa itu, yang jelas aku tidak hanya membanggakan orang tuaku. Tetapi Aziz telah membanggakan seluruh  kalangan yang dekat dengannya. Das suatu keyakinan lagi, Aziz tidak hanya sebatas ini. Aziz akan terus membanggakan seluruh orang yang telah membanggakannya.