Monday, December 10, 2012

Perpisahan Awal

Akhirnya semua usai, setelah 6 tahun berada di tempat ini. Semua bukanlah langkah kosong semata, bukan pula langkah tanpa hambatan dan godaan. Kegundahan selalu menyelimuti ketika hambatan dan godaan mulai merasuk di sela-sela kehidupan. Beberapa jam lagi aku bisa mengucap selamat tinggal untuk pondokku tercinta. Kini aku dan teman-teman seperjuangan angkatan ke-5 sedang menyiapkan acara wisuda kami. Di tempat megah dan dihadapan orang tua kami yang memandang penuh harap. Sempat terbaca dimuka mereka tentang semua rasa bangga memiliki seorang putra yang nantinya bisa mengubah bangsa. Tak lama acara dimulai, kami mulai memasuki lokasi dengan sambutan tepuk tangan dan tangis kebanggaan. Singkat cerita, kala itu kami satu per satu di panggil menuju ke depan untuk diwisuda oleh  3 petinggi pondok pesantren dengan disebut nama kami, dan nama perguruan tinggi yang berhasil kami masuki. Sempat malu karena kala itu seorang Aziz N hanya berhasil masuk sekolah tinggi ekonomi islam dengan jalur keberuntungan tanpa biaya. Sedangkan teman-teman yang lain, walaupun swasta mereka tetap diterima di perguruan tinggi yang cukup favorit. Ada yang lebih parah dari nasibku. Sang wisudawan M. Satrio terbaik pun belum diterima dimana-mana. Disisi lain, teman dekatku sekaligus teman baikku Hanif F meminta pada MC untuk tidak menyertakan perguruan tinggi mana yang telah menerimanya.
ang amat mengharukan dan tidak bisa dilupakan kala itu ialah ketika kami diberi 2 kuntum bunga buatan yang harus diberikan pada orang paling berjasa kala kami menuntut ilmu di pondok tercinta ini. Lagu Oh Pondokku menjadi back sound kami, dan air mata tak bisa dibendung walau dengan senyum kebahagiaan. Entah apa yang membuat air mataku tumpah. Yang jelas dominasi perpisahan terhadap pondok tercinta dan tangis bangga orang tua itu benar-benar membuat kelopak mataku sulit untuk membendung air mata itu. Ibu Ning, nama sesosok ibu yang amat kuat. Ialah ibuku, yang mengandung, menyusuhi, dan merawatku hingga tumbuh menjadi seperti ini. Ia memelukku dengan pelukan bangga dan tangisnya mulai menetes di kepalaku. Tak lama bapak Sahlan, seorang yang amat bijak menurutku menghampiri kami. Dialah sesosok pemimpin rumah tangga yang agamis tetapi kritis. Bisa memaklumi pendapat putra putrinya dan memberi kebebasan dalam pemikiran keagamaan. Ini kali pertama aku dipeluk oleh kedoa orang yang paling aku sayang. Dan aku yakin ini bukan satu-satunya pelukan bangga dari mereka. Satu bunga ku berikan pada orang tuaku yang telahmengasuhku hingga kini. Dan satu bunga lagi akan ku berikan pada ustadz Nurcholis yang selalu menjadi tempat curhat dan pusat motivasiku, Hanif, dan Satrio. Tetapi sayangnya ia telah pergi. Tepat ketika kami memberi bunga pada orang tua kami. Dan isu tentang ingin perginya beliaudari pondok pesantren akhirnya terjawab sudah, ia benar-benar telah pergi.
Tak lama setelah seluruh acara usai, aku sempat berbincang pada kedua sahabatku, Hanif dan Satrio. Kami membicarakan perihal tentang langkah selanjutnya setelah semua ini usai. Dan ketika itu kami memutuskan untuk benar-benar berpisah. Kami yakin suatu saat masig-masing dari kami akan berguna di daerah yang kami huni. 

1 comment:

  1. JOIN NOW !!!
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    BURUAN DAFTAR!
    dewa-lotto.name
    dewa-lotto.cc
    dewa-lotto.vip

    ReplyDelete

Popular Posts

Recent Post