Malam ini ku merenung, memikirkan suatu perhitungan langkah yang tak pernah terhitungkan. Ketika suatu keputusan memutuskanku berada di tempat ini, tempat yang penuh dengan tantangan dan menurutku tantangan itu bukanlah hal yang aku cari. Pada hakekatnya, rantauanku ini terus berjalan memang untuk mencari tantangan. Tetapi bukan tantangan yang semacam ini. Bukan karena ku mengeluhkan beratnya medan yang menghalangi, hanya saja tantangan yang harus dilewati adalah sesuatu yang seharusnya mudah diselesaikan tetapi diperpanjang hingga ketika ada penyelesaian, penyelesaian itu bukan suatu hal yang berarti.
Baru saja aku menuliskan sebuah status yang intinya kurang suka sama yang namanya pengaderan. Ya, itu yang menimbulkan skat-skat diantara kita. Diantara aku dan teman-teman yang akhirnya berujung pada jarak, bukan perekat seperti yang pernah kita tuliskan(konflik itu perekat). Selalu ku tuliskan pendapatku tentang kebenaran-kebenaran dan idealisme kehidupan kemahasiswaan. Tetapi, apa respon mereka? hanya menganggap semua itu mustahil, putus asa untuk membudayakan kebaikan, dan menghujat sehujat-hujatnya apa yang telah menjadi pemikiran kita.
"Idealisme mahasiswa itu ga bisa dipegang terus, Ada kalanya idealisme itu berubah", kata-kata ini yang diucap seorang kahima ketika aku mengutarakan pemikiran bodoh ini tentang kebenaran dan keselarasan. Sempat membenarkan pendapat itu. Dan akhinya ku paham, mengapa mahasiswa bukan menjadi golongan yang mengkontrok jalannya roda pemerintahan. Sudah hampir idak ada mahasiswa yang berpegang teguh pada idealismenya. Entah karena mental asahan yang kurang, atau karena fleksbelitas zaman. Semua bisa jadi mencla-mencle ketika berpendapat dihadapan orang yang berbeda.
Ya, inilah indonesia dewasa. Indonesia yang dikontrol dengan kekuatan uang. Wlau bukan liberalisme, tetapi di republik demokrasi ini, yang kaya akan semakin kaya dan yang miskin mengabdi pada kelicikan sang kaya. Dewan sudah menjadi kekuatan besar penghancur seperti kanker dapa manusia. Mahasiswa yang digadang-gadang sebagai stimulus hanya berkutat pada diskusi tak kunjung usai dengan perubahan-perubahan yang entah karena fleksibelitas ataupun mental yang menurun. Pantas jika rakyat lebih mengidamkan kepengurusan suharto yang memiliki jiwa mahasiswa berani ketimbang masa kini dimana hanya dengan iming-iming luar negeri, mahasiswa tutup mulut.
Maf jika ada salah kata,bukan bermaksud untuk menghina. Tetapi semata-mata hanya ingin mencari jawaban kebenaran dan keselarasan yang seharusnya ada. salam_aziznugrohoits2011.
No comments:
Post a Comment